Tasawuf Enterpreneurship

Blog Single

Oleh: Atika ulfia adlina

Dimanapun manusia berada, di situ tasawuf dibutuhkan. Sebab sepanjang manusia bertempat, mereka sering sekali sambat. Kadang berlebihan hingga membuatnya tak lagi bermartabat. Namun, sebelum itu terjadi, tasawuf harus segera mengambil tempat.

Secara umum, entrepreneurship sering dikaitkan dengan bisnis, berwirausaha atau semacam usaha yang menghasilkan pundi-pundi rupiah, untung, dan menjadikan seseorang memiliki kemandirian ekonomi. Pengartian ini tak sepenuhnya salah. Hanya jika entrepreneurship dikaitkan dengan yang demikian adalah iya. Tetapi, makna sesungguhnya dari entrepreneurship adalah tak hanya seputar pundi-pundi rupiah, keuntungan, dan kemandirian ekonomi.

Beberapa referensi menjelaskan bahwa entrepreneurship adalah kemampuan seseorang dalam mengelola sumber-sumber daya manusia/nonmanusia secara inovatif dan kreatif. Ini berarti, untuk dapat mengerahkan berbagai macam kemampuan seseorang, seseorang harus memiliki karakter-karakter tertentu agar kemampuan dalam mengelola sumber-sumber potensi tersebut dapat terwujud. Jadi secara ringkasnya saja, entrepreneurship adalah berbicara tentang karakter atau spirit. Inovatis, kreatif, integritas, produktif, tanggung jawab adalah sekian dari ragam karakter yang diperlukan dalam membangun entrepreneurship.

Tetapi Ketika berbicara mengenai karakter, pengeksekusiannya tak lebih pendek dari membicarakannya. Ya, Panjang banget. Sepanjang hayat masih dikandung badan. Sebab pembentukan karakter tak hanya berhenti pada "to know", tetapi harus melampaui "to love" baru akhirnya dapat "to do" alias dapat terwujud.

Lalu, apa itu Tasawuf Enterpreneurship?

Saya hanya hendak menulis yang inti-inti saja di tulisan ini. Sebab jika Panjang, mari kita diskusikan di kelas matakuliah Tasawuf Enterpreneurship.

Tasawuf entrepreneurship sebenarnya tak jauh berbeda dengan Etika Bisnis Islam atau semacam konsep ekonomi Islam. Ketiganya membicarakan bagaimana berlaku dalam bidang ekonomi secara Islami. Prinsip atau karakter Jujur, Amanah, Adil, Tanggung jawab, Seimbang, tak melanggar syariat islam, selalu menghiasi penjelasan ketiga konsep tersebut.

Tetapi kata tasawuf pada Tasawuf Enterpreneurship, sebenarnya menjadi semacam “alarm” bahwa misalnya kejujuran yang manusia terapkan dalam aktifitas ekonomi tak hanya berhenti pada laku batiniah yang lahiriyah. Perilaku Batin yang hanya di permukaan saja. Gampangnya saja, misalnya sudah jujur tapi masih berkeluh kesah. Sudah mengusahakan semuanya seba halal, tetapi masih merasa tak Bahagia. Dst. Tasawuf mengajarkan kepada kita bahwa dalam ragam aktifitas lahiriyah-batiniyah manusia, harus senantiasa berlandaskan Allah swt. Itu adalah motivasi paling luhur yang harus dipilih manusia. Dan seluruh manusia harus beranjak mendekati motivasi paling luhur tersebut. Ini yang merupakan distingsi konsep tasawuf entrepreneurship dengan beberapa konsep lainnya.

Teknik Maqamat dalam Tasawuf Enterpreneurship

Beberapa persoalan dalam ruang entrepreneurship juga membutuhkan kesiapan karakter sang pelakunya. Bangkrut, kerugian, ketidakpastian, penipuan, bangkit dari kegagalan, melonjaknya biaya produksi, menjalin relasi, memperluas mitra, dan hal ihwal lainnya sangat ditentukan bagaimana kualitas individu dalam menghadapi peliknya problematika tersebut. Ada yang berhasil ada yang belum berhasil tetapi sudah berhenti.

Dalam menghadapi situasi yang serba tidakpasti, stabilitas emosional sangat berperan. Stabilitas emosional adalah nama lain dari sabar. Dimana jika dikaitkan dengan struktur maqamat, sabar berada pada tingkat ke empat setelah wara, zuhud dan taubat -yang merupakan maqam paling dasar. Berangkat dari struktur maqamat tersebut sesungguhnya bisa dijadikan sebuah Teknik mencapai kondisi sabar. Pada Kondisi hectic semaca itu, tak mudah merekomendasikan orang untuk sabar, sebab pada umumnya kondisi wara’ belum dimiliki. Mustahil berada dalam kondisi wara’ jika kondisi zuhud belum dimiliki. Zuhud adalah bergantungnya hati terhadap hal-hal yang berbau keduniawiahan. Sederhananya, masih ingin mendapat untung, masih ingin laku, masih ingin yang lain lain. Mustahil berada dalam kondisi zuhud jika kondisi taubat belum dimiliki. Taubat tak hanya dimaknai sebatas penyesalan dan pengakuan terhadap dosa-dosa yang telah dilakukan. Taubat mustinya dimaknai lebih dari itu. Taubat mestinya dimaknai tak hanya sekedar hal-hal yang dianggap urusan keakhiratan saja. Taubat mustinya dimaknai sebagai kondisi dimana seluruh potensi perenungan manusia qalbu dan akal manusia dikerahkan untuk menuju kesadaran yang mendewasakan.

Pada proses mendapatkan kesadaran melalui proses taubat, sederhananya adalah upaya berintropeksi diri. Analisis SWOT dan model analisis lainnya bisa-bisa saja dilakukan. Tetapi bagian yang terpenting dari proses ini adalah menghadirkan Allah dalam proses penyadaran itu. Proses penyadaran mustinya juga dimaknai sebagai jalan untuk ma’rifatullah, mencoba lebih dekat dengan Allah sang pemilik segala sesuatu. Segala sesuatu adalah milik Allah, maka sudah seharusnya segala sesuatu dikembalikan kepada Allah swt.

Tetapi yang juga lebih penting adalah setelah proses penyadaran terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah swt, tak seharusnya menjadikan seseorang pada kondisi pasif. Setelah proses penyadaran itu, manusia harusnya menjelma menjadi pribadi-pribadi yang aktif. Bukan pribadi yang sekedar percaya takdir Tuhan dan jatuh pada golongan fatalism. Tidak. Fatalis adalah istilah lain dari Males, tidak mau keluar dari zona nyaman dan aman.

Muslim itu harus menjadi pribadi yang kuat. Kuat dari beragam aspek, fisik, psikis, spiritual, emosional, financial. Itu mengapa manusia diperintahkan untuk bergerak aktif seperti yang menyantuni anak yatim piatu dan fakir miskin, menunaikan ibadah haji, berzakat, bershodaqoh, tak lain adalah agar muslim menjadi pribadi yang kuat dan Tangguh. Tetapi sekali lagi, tak hanya berkarakter kuat dan Tangguh namun kering spiritual, namun yang memiliki jiwa yang sehat yang mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah swt.

Mari Bertasawuf,

Mari ber-Enterpreneurship.

Share this Post1: