Prodi TP IAINKU Siap ber-MBKM
Program Studi Tasawuf Psikoterapi IAIN Kudus (prodi TP IAINKU) kembali berbenah dalam hal mempersiapkan kurikulum MBKM seraya terus menjalin mitra mitra belajar untuk pengembangan potensi mahasiswa prodi TP IAINKu. Dengan menghadirkan narasumber dari unsur praktisi yaitu Mustamir Pedak, Prodi TP IAINku akan semakin serius menuju masa depan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan spiritual. Kesehatan spiritual ini nanti akan mendorong pribadi pribadi manusia tumbuh kembang menjadi insan yang sehat wal afiat serta mampu memberdayakab potensi diri guna kemaslahatan umat dan jagad semesta alam.
Mustamir Pedak secara khusus menghadiahkan satu artikel sarat nuansa bagaimana kurikulum program studi Tasawuf dan Psikoterapi harus dikemas secantik mungkin. Cantik tidak hanya lahir dan juga batin. Cantik yang sufistik. Batiniyahnya berlandaskan ruh ilahi. Berikut tulisan khusus Ustadz Mustamir Pedak.
Praktikum di Tasawuf dan Psikoterapi: Sudahkah?
Oleh: Mustamir Pedak
"Ini adalah tulisan yang dilandasi oleh cinta dan harapan. Tidak ada maksud menghakimi apalagi menyalahkan. Semoga ditanggapi pula dengan cinta dan harapan"
Tentu semua berharap bahwa lulusan Tasawuf dan Psikoterapi berkemampuan dalam pelayanan praktek Terapi Tasawuf. Pertanyaannya adalah: apakah lulusan TP benar-benar mampu berpraktek? Padahal dalam tasawuf dikenal suatu maqalah:
العلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر
Bahwa ilmu tanpa praktek itu seperti pohon tanpa buah.
Konon idealnya 40% teori dan 60% praktek. Namun jika penulis memperhatikan kurikulum di TP tampaknya jumlah jam praktikum bagi mahasiswa masih sangat minimal. Mungkin kegiatan PPL dimaksudkan sebagai kesempatan praktek tetapi tampaknya masih kurang berfungsi karena sebelum PPL mahasiswa tidak dibekali teknik-teknik terapi sehingga PPL hanya seperti ajang pelatihan atau hanya menambah wacana belaka. PPL tidak benar-benar menjadi wahana praktek bagi mahasiswa tetapi hanya menambah wawasan belaka yang kurang berkontribusi bagi kapabilitas mahasiswa dalam melakukan terapi tasawuf.
Jika diperhatikan mata kuliah-mata kuliah di TP juga masih didominasi oleh transfer pengetahuan. Mata kuliah-mata kuliahnya tidak dipadu dengan praktikum yang memadai sehingga mahasiswa hanya tahu tapi kurang mampu. Alangkah bagusnya jika mata kuliah-mata kuliah itu disertai dengan kegiatan praktikum sehingga mahasiswa tidak sekedar tahu saja tetapi juga mampu mempraktekannya. Pengalaman penulis sebagai mahasiswa kedokteran hampir semua mata kuliah ada praktikumnya. Kimia, biologi, fisika, fisiologi, patologi, dll.
Penulis sangat meyakini bahwa civitas TP menyadari betapa pentingnya praktikum ini. Pertanyaannya tentu saja adalah: mengapa praktikum itu kurang? Ada beberapa kemungkinan etiologi (penyebab) hal ini terjadi:
1. Kurangnya pengajar yang mampu praktek
2. Kurang tahu apa yang harus dipraktekkan
3. Kurangnya klien (obyek) untuk praktek
(1)
Jika kita melihat fakultas kedoktaran maka dosennya didominasi oleh dokter yang melakukan praktek sebagai dokter. Fakultas keperawatan dosennya adalah perawat yang melakukan praktek keperawatan. Fakultas psikologi dosennya adalah ahli psikologi yang praktek psikologi. Nah, apakah dosen jurusan Tasawuf dan Psikoterapi didominasi oleh dosen dengan kemampuan praktek dalam psikoterapi sufistik? Tentu ini menjadi autokritik bagi kita semua sebagai pecinta tasawuf dan psikoterapi.
(2)
Kurangnya praktikum dalam mata kuliah ini mungkin juga karena kurang tahu apa yang harus dipraktekkan. Contoh: mahasiswa diajari tentang terminologi qolbu tetapi apakah mahasiswa juga praktikum untuk merasakan dan berhubungan dengan qolbu itu? Seharusnya mahasiswa bukan hanya tahu tentang qolbu tetapi juga mampu merasakan qolbu itu. Dalam bahasa tasawuf mahasiswa tidak hanya di level ilmul yakin tetapi juga ainul yakin dan bahkan haqqul yakin. Perlu perenungan mendalam bersama-sama untuk menentukan jenis-jenis praktikum yang seharusnya dilalui oleh mahasiswa.
(3)
Kurangnya praktikum ini juga mungkin karena kurangnya klien (obyek) praktek bagi mahasiswa. Jika mahasiswa kedokteran, perawat, atau kebidanan memiliki lapangan praktek yang jelas yakni di rumah sakit-rumah sakit pendidikan lalu mahasiswa tasawuf dan psikoterapi ini prakteknya di mana? Penulis memiliki wacana agar jurusan TP menjalin kerjasama dengan masjid-masjid, majelis taklim-majelis taklim, dlsb yang dimaksudkan agar mahasiswa bisa melakukan praktek kepada jamaah-jamaahnya. Hal ini penulis jalankan dan rata-rata jamaah menerimanya dengan sukacita.
***
Beliau telah sedang dan akan terus menginspirasi jiwa-jiwa yang senantiasa berbagi. Jadi, sudah siapkah kawan civitas akademika prodi TP IAINKU ber-MBKM???